Ads 468x60px

Bijak Memilih Teman

Baca: 2 Tawarikh 18:1-34

Ketika Yosafat kaya dan sangat terhormat, ia menjadi besan Ahab. (2 Tawarikh 18:1)


Bijak Memilih Teman

Bijak Memilih Teman - Heinrich Himmler lahir pada 1900 di Munich. Awalnya ia bercita-cita menjadi petani dan sarjana bidang agronomi. Namun, ia kemudian ikut bertempur dalam Perang Dunia I dan terlibat dalam berbagai organisasi tentara. Di situ ia bertemu dengan Hitler dan mengambil bagian dalam usaha Hitler menggulingkan pemerintah Jerman pada 1923. Mula-mula Himmler mendapat kekuasaan penuh. Namun, setelah Jerman kalah dalam Perang Dunia II, Himmler ditangkap, diadili, dan dijatuhi hukuman mati. Sebelum dieksekusi, ia memilih menelan kapsul sianida—bunuh diri.

Pribadi yang awalnya punya cita-cita baik, namun—karena bertemu orang yang salah—hidupnya berakhir secara sia-sia. Yosafat pun mengalami hal yang serupa. Mulanya ia raja Yehuda yang takut akan Tuhan. Ia menjauhkan bukit pengurbanan dan tiang berhala. Ia juga memerintahkan beberapa pegawai untuk mengajarkan Taurat di semua kota di Yehuda. Karena sikapnya itu, Allah pun membuat ia disegani oleh negeri-negeri di sekelilingnya. Sayang, ketika makin kaya dan terhormat, Yosafat memilih besan yang salah, yaitu Ahab yang fasik. Bahkan, ia bergabung dengan sekutu yang salah pula—Ahazia, raja Israel yang fasik perbuatannya.

Ada orang yang menyatakan, “Tunjukkan temanmu, maka aku bisa menunjukkan masa depanmu.” Ingatlah, orang-orang di sekitar kita dapat mendukung kita naik atau, sebaliknya, menyeret kita turun. Jadi, pastikan kita berteman dengan pribadi yang bijak, bukan orang yang bebal, agar kehidupan kita tidak menjadi malang.—ISP

JIKA ANDA TIDAK INGIN KEHIDUPAN ANDA KACAU,
JANGAN BERGAUL DENGAN MEREKA YANG TELAH MENGACAUKAN
KEHIDUPAN MEREKA SENDIRI.—Napoleon Hill

Bacaan Alkitab Setahun : 1 Samuel 28-31
Diambil dari Renungan Harian - Alkitabku Aplikasi Android - www.alkitabku.com